Pendekatan Metaphorical Thinking - KAJIAN TEORI (2025)

Menurut Lestari dan Yudhanegara (Lessa, 2016: 172) kemampuan berpikir metafora (metaphorical thinking) adalah kemampuan memodelkan suatu situasi matematis yang dimaknai dari sudut pandang sematik menggunakan metafora. Hendriana juga mengemukakan bahwa metaphorical thinking merupakan jembatan antar model dan interpretasi, memberikan peluang yang besar kepada peserta didik untuk mengeksploitasi pengetahuannya dalam belajar matematika, selain itu proses belajar peserta didik menjadi bermakna karena peserta didik dapat melihat hubungan antara konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang telah dikenalnya (Saputri, dkk, 2017: 17).

Senada dengan pendapat Hendriana, Carreira (Sudarsono,dkk, 2001:

67) mengungkapkan bahwa metaphorical thinking adalah suatu konsep berpikir yang menitik beratkan pada kemampuan peserta didik dalam menghubungkan ide matematis dan fenomena yang ada. Sedangkan menurut Ika, dkk (493) Pendekatan Metaphorical thinking adalah pendekatan pembelajaran sebagai suatu proses berpikir untuk memahami dan mengkomunikasian konsep-konsep abstrak dalam matematika menjadi hal yang lebih konkrit dengan membandingkan dua hal yang berbeda makna. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan metaphorical thinking adalah suatu konsep berpikir yang mengarahkan peserta didik untuk menghubungkan ide matematis antara konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang telah dikenalnya dengan menggunakan metafora.

Ada beberapa contoh soal matematika yang menggunakan metafora, diantaranya yaitu soal pengurangan “ =....”, cara menyelesaikannya dengan menganalogikan sebagai hutang. Guru dapat membantu peserta didik dengan menanyakan kepada mereka “jika mempunyai hutang 3, lalu kita membayar hutang tersebut dengan 2, maka masih berapakah kita mempunyai hutang?”. Hal ini dapat menyederhanakan pemikiran peserta didik yang awalnya pembelajaran disampaikan dengan simbol-simbol diganti dengan hal yang lebih sederhana yang cukup dekat dengan dunia nyata peserta didik.

Menurut M. Afrilianto, dkk (2018: 429) Metaphorical Thinking memiliki bentuk konseptual, antara lain:

1. Grounding methapos merupakan dasar untuk memahami ide-ide matematika yang dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari

2. Lingking methapors adalah membangun keterkaitan antara dua hal yaitu memilih, menegaskan, memberi kebebasan, dan mengorganisasikan karakteristik dari topik utama dengan didukung oleh topik utama dengan didukung oleh topik tambahan dalam bentuk pernyataan-pernyataan metaforik.

3. Redefinisional methapors adalah mendenfinisikan kembali metafora-metafora tersebut dan memilih yang paling cocok dengan topik yang akan diajarkan.

Tidak ada satupun metode, model atau strategi yang sempurna sehingga dapat dipakai untuk semua pembelajaran.Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari penggunaan metafora dalam pembelajaran matematika antara lain sebagai berikut (Idrus, 2012:

166):

1. Pemberian metafora dapat dilakukan di setiap bagian ketika proses pembelajaran berlangsung. Diharapkan peserta didik tidak merasa bosan dan lebih rileks dalam mengikuti pembelajaran.

2. Metafora-metafora yang dapat diberikan sangat bervariasi sehingga pengajar dapat menyesuaikan metafora yang cocok dengan materi pembelajaran secara leluasa.

3. Metafora dapat dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang terkandung di dalam konsep-konsep matematis atau nilai-nilai kehidupan.

4. Dengan metafora, siswa diberi kesempatan yang luas untuk memikirkan dan merenungkan segala sesuatu yang ada disekitarnya.

5. Pemberian metafora dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

Adapun langkah-langkah pembelajaran metaphorical thinking menurut Afrilianto (2012: 9) yaitu:

1. Peserta didik dihadapkan pada masalah kontekstual

Guru memulai pelajaran dengan memberikan masalah konseptual yang berkaitan materi pelajaran

2. Identifikasi konsep-konsep utama

a. Dari masalah konstektual yang telah diberikan. Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi konsep-konsep utama.

b. Pada tahap ini peserta didik diharapkan dapat mengumpulkan data dan informasi dari masalah konstektual yang diberikan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajarkan guru dalam Lembar Kerja Kelompok (LKK)

3. Menggunakan metafora untuk mengilustrasikan konsep

a. Pada tahap ini guru memberikan contoh metafora untuk mengilustrasikan konsep dari masalah konstektual yang diberikan guru.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan metafora-metafora mereka sendiri dalam mengilustrasikan konsep matematika yang berkaitan dengan mater yang dipelajari.

c. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertukar metafora sehingga mereka berdiskusi satu sama lain bersama teman sekelmpok.

4. Penyimpulan

a. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep inti masalah yang berhubungan dengan materi pokok yang sedang dipelajari.

b. Guru dan peserta didik berdiskusi landasan pemahaman berpikir metaforik dengan menganalisis alasan-alasan yang melatar belakangi metafora yang dipilih.

Menurut Carreira (2001) Langkah-langkah metaphorical thinking terdapat empat antara lain:

1. Menghubungkan dua dominan konseptual, tetapi untuk menghubungkan hal tersebut harus ada metafora.

2. Menemunkan konsep antara dua dominan yang saling berhubungan.

3. Mamadukan dengan mrtafora untuk menarik kesimpulan dari satu dominan ke dominan lainnya.

4. Menerapkan hasil pemikiran

Adapun langkah-langkah pembelajaran Metaphorical Thinking yang digunakan pada penelitian ini menggunakan langkah-langkah menurut Afrilianto (2012: 9)

E. Validitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Pendekatan Metaphorical Thinking

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi desain produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli dan praktisi yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang darancang tersebut (Sugiono, 2016:536).

Menurut Arifin (2017: 248) validitas terdiri atas beberapa jenis, diantaranya adalah validitas permukaan (facevalidity), validitas isi (content validity), validitas empiris (empirical validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas faktor (faktorial validity).

1. Validitas Muka (Facevalidity)

Validitas ini dilakukan hanya dengan melihat tampilan permukaan dari suatu produk saja.Jika suatu produk secara sepintas sudah terlihat baik

dan bagus, maka sudah dapat dikatakan produk tersebut memenuhi syarat validitas muka.Dalam hal ini yang dilihat adalah kemasan produk modul matematika berbasis pendekatan scientific untuk meningkatkan kemampuan kemampuaan berpikir kreatif matematis dan aktivitas peserta didik.

2. Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi adalah suatu penilaian terhadap isi yang dimuat dalam suatu produk.Validitas isi dari suatu produk adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisaan,penelusuran,ataupengujian terhadap isi yang terkandung dalam produk tersebut.Validitas

3. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas konstruk adalah menilai produk yang dihasilkan apakah sebuah produk tersebut dapat mengukur aspek-aspek berpikir yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hinggamana suatu tes dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut

4. Validitas Empiris (Empirical Validity)

Validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang bersangkutan.

Namun, kriteria itu harus relevan dengan apa yang diukur. Ada tiga macam validitas empiris, yaitu: validitas prediktif (predictive validity), validitas kongkuren (concurrent validity), dan validitas sejenis (congruent validity).

5. Validitas Faktor (Faktorial Validity)

Validitas faktor ini adalah untuk mengetahui kevalidan dari pokok-pokok bahasan atau materi.Setiap keseluruhan materi pelajaran terdiri dari pokok-pokok bahasan yang mungkin sekelompok pokok bahasan yang merupakan satu kesatuan.Dalam penelitian sering digunakan skala pengukuran tentang suatu variabel yang terdiri dari beberapa vaktor.

Faktor tersebut diperoleh berdasarkan dimensi/indikator dari variabel yang

diukur sesuai dengan apa yang terungkap konstruksi teoritisnya. Setelah dilakukannya uji validitas berdasarkan penjelasan di atas, akan menunjukkan kelayakan dari tes sebagai suatu instrumen. Sehingga instrument tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Senada dengan pendapat Zainal Arifin, BSNP mengungkapkan kriteria mutu (standar) suatu produk dianggap layak sebagai bahan pelajaran, sebagai berikut :

1. Kelayakan isi. Beberapa komponen dari aspek kelayakan isi, yaitu:

a. Cakupan Materi. Butir-Butir yang harus dipenuhi yaitu:

1) Kelengkapan materi, yaitu materi yang disajikan minimal mendukung pencapaian tujuan seluruh kompetensi dasar

2) Keluasan Materi, yaitu materi yang disajikan menjabarkan substansi minimal (konsep, prosedur, prinsip, teori, dan fakta) yang mendukung seluruh pencapaian kompetensi dasar.

3) Kedalaman materi, yaitu uraian materi merefleksikan kompetensi dengan kecakapan hidup (keterampilan personal, sosial, pra vokansional, vokasional, dan akademik) yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik untuk mendukung pencapaian kompetensi dasar.

b. Keakuratan Materi. Butir-butir yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Keakuratan konsep, yaitu konsep disajikan dengan benar dan tepat.

2) Keakuratan prosedur, yaitu materi yang disajikan menjelaskan kebutuhan jenis bahan, alat, dan langkah-langkah kerja secara runtut dan benar sesuai dengan prinsip keselamatan kerja dan prinsip kesehatan disertai dengan ilustrasi yang tepat.

3) Keakuratan ilustrasi, yaitu ilustrasi dalam bentuk narasi/ gambar/

foto/simbol, serta bentuk ilustrasi lainnya benar atau tepat sesuai tingkat perkembangan peserta didik.

4) Keakuratan fakta, yaitu fakta yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan membangun pemahaman yang benar tentang konsep.

c. Relevansi. Hal-hal yang harus dipenuhi adalaah:

1) Sesuai dengan perkembangan peserta didik, yaitu materi sesuai dengan perkembangan emosi, intelektual, fisik, perseptual, sosial, dan kreativitas subjek pembelajaran.

2) Sesuai dengan teori pendidikan/pembelajaran, yaitu uraian materi memiliki landasan teori pendidikan/pembelajaran.

3) Sesuai dengan nilai sosial budaya, tidak bias gender, dan tidak bertentangan dengan norma, etika budaya lokal dan tidak bias gender.

4) Sesuai dengan kondisi terkini, yaitu informasi yang disajikan bersifat aktual dan mengacu pada rujukan terbaru.

2. Kelayakan Penyajian. Beberapa komponen dari aspek kelayakan penyajian, yaitu:

a. Kelengkapan sajian. Hal-hal yang harus dipenuhi dalam kelengkapan sajian ini adalah:

1) Bagian awal, yaitu sampul, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar tampilan, dan pendahuluan.

2) Bagian inti, yaitu kelengkapan bagian inti meliputi: uraian bab, ringkasan bab, ilustrasi (gambar), latihan dan evaluasi/ refleksi.

3) Bagian akhir, yaitu daftar pustaka dan lampiran.

b. Penyajian informasi. Hal-hal yang harus dipenuhi dalam penyajian informasi adalah:

1) Keruntunan, yaitu uraian bersifat sistematis.

2) Kekoherenan, yaitu informasi yang disajikan memiliki keutuhan makna (saling mengikat satu kesatuan).

3) Kekonsistenan, yaitu kekonsistenan dalam menggunakan istilah, konsep, dan penjelasan lainnya.

4) Keseimbangan, yaitu banyaknya uraian materi bersifat proposional (adanya keseimbangan).

c. Penyajian pembelajaran. Hal-hal yang harus dipenuhi adalah:

1) Berpusat pada peserta didik, yaitu penyajian materi menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran.

2) Mendorong eksplorasi, yaitu menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.

3) Mengembangkan pengalaman, yaitu memperoleh pengetahuan, sikap, nilai dan pengalaman segari-hari.

4) Memacu kreativitas, yaitu memacu peserta didik untuk mengembangkan keunikan gagasan.

5) Memuat evaluasi kompetensi, yaitu memuat penilaian terhadap pencapaian kompetensi (tidak sekedar penilaian kognitif)

3. Kelayakan Bahasa. Beberapa komponen dari aspek kelayakan bahasa, yaitu:

2) Ketetapan ejaan (EYD), yaitu ejaan yang digunakan berpedoman pada ejaan yang disempurnakan.

b. Sesuai dengan perkembangan peserta didik. Hal-hal yang harus dipenuhi adalah:

1) Sesuai dengan perkembangan berpikir peserta didik, yaitu bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, menunjukan contoh dan memberikan tugas sesuai dengan perkembangan kognitif (berpikir) peserta didik.

2) Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, menunjukan contoh dan memberikan tugas sesuai dengan perkembangan peserta didik.

4. Kelayakan kegrafikan. Komponen-komponen dari kelayakan kegrafikan adalah:

a. Ukuran fisik bahan ajar

b. Desain sampul bahaan ajar, terdiri dari tata letak, sampul, huruf yang digunakan, dan ilustrasi.

c. Desain isi bahan ajar, terdiri dari kekonsistenan tata letak, penampilan yang menarik, kekontrasan yang baik, keserasian warna, tulisan dan gambar, serta jenis dan ukuran huruf yang mudah dibaca.

Validitas yang digunakan untuk LKPD berbasis pendekatan metaphorical thinkingberdasarkan pada validitas yang dikemukan oleh BSNP yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan. Sedangkan validitas yang digunakan untuk soal tes, angket, RPP adalah validitas yang dikemukan oleh (Arifin, 2017: 248) yaitu validitas isi dan validitas muka.

F. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Saputri, dkk pada tahun 2017 dengan judul “Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Menggunakan Pendekatan Metaphorical Thinking Pada Materi Perbandingan Kelas VIII Di SMPN 1 Indralaya Utara”. Pada penelitian ini membahas mengenai rendahnya kemampuan penalaran peserta didik dalam menyelesaikan soal kemampuan penalaran pada materi perbandingan.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh intan saputri dkk dengan penelitian yang penelitilakukan adalah intan saputri dkk menganalisis kemampuan penalaran matematis peserta didik, sedangkan penelitimenerapkan pendekatan metaphorical thinking untuk melihat pencapaian kemampuan pemahaman matematis peserta didik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lessa Roesdiana pada tahun 2016 dengan judul “Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran

Matematis Siswa”. Pada penelitian ini membahas mengenai rendahnya kemampuan komunikasi dan penalaran serta disposisi matematika peserta didik. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Lessa Roesdiana dengan penelitian yang penelitilakukan adalah Lessa Roesdianamenganalisis kemampuan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis peserta didik, sedangkan penelitimenerapkan pendekatan metaphorical thinking untuk melihat pencapaian kemampuan pemahaman matematis peserta didik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Veren Mantanelvira pada tahun 2020 dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis metaphorical thinkingpada pembelajaran matematika di kelas VIII MTsS Rao-Rao”. Pada penelitian ini membahas tentang penggunaan LKPD berbasis metaphorical thinking pada pembelajaran matematika, dengan hasil penelitian yaitu LKPD yang dikembangkan sudah valid.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Veren Mentanelvira dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah Veren Mentanelvira mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis metaphorical thinking pada pembelajaran matematika di kelas VIII MTsS Rao-Rao. Sedangkan penelitimengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis pendekatan metaphorical thinking untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta didik SMP N 2 Pariangan.

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pengembangan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (development research).Menurut Soenarto dalam Isra (2016) penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat, atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori.

Menurut Akker dan Plomp dalam Isra (2016), tujuan penelitian pengembangan adalah :

1. Better understanding of the implementation problems of the teachers.

2. Development of prototypical project interventions (training, materials, support), including empirical evidence of their quality.

3. Generating methodological directions for the design and evaluationmof such products or intervention.

4. Increased (both individual and collective) expertise of the various participant).

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian diatas yaitu Development of prototypical project interventions. Dalam hal ini penelitian pengembangan digunakan untuk mengembangkan LKPD berbasis Pendekatan Metaphorical Thinking yang valid, praktis, dan efektif untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pariangan pada mata pelajaran matematika.

B. Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan menurut Van Den Akker. Dalam Isra (2008) rancangan penelitian pengembangan ini terdiri atas tiga tahap yaitu :

1. Analisis muka belakang (front end analysis) 2. Tahap prototipe (prototype)

3. Tahap penilaian (assessment)

C. Prosedur Pengembangan

1. Tahap Analisis Muka-Belakang (Front End Analysis)

Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah dan kebutuhan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah berikut :

a. Menganalisis silabus dan standar isi

Dalam analisis silabus ini adatiga aspek yang diperhatikan diantaranya :

1) Analisis kompetensi inti (KI) 2) Analisis kompetensi Dasar (KD) 3) Analisis indikator

Pada tahap ini dilihat apakah materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.Silabus yang digunakan guru SMP Negeri 2 Pariangan mengacu pada silabus kurikulum 2013.

b. Analisis buku pelajaran

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui buku pelajaran apa yang digunakan siswa dalam pembelajaran matematikadan untuk mengetahui apakah buku tersebut mampu untuk menunjang siswa belajar mandiri.

Buku yang dianalisis adalah buku matematika kurikulum 2013 edisi revisi 2017 untuk kelas VIII SMP / MTs. Analisis buku yang dilakukan adalah struktur kata buku, tampilan buku, susunan materi dalam buku dan ketidaksesuaian dengan karakteristik siswa .

c. Analisis karakteristik peserta didik

Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui karakteristik peserta didik yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan media pembelajaran. Karakteristik bisa dilihat dari usia, kemampuan akademik, gaya belajar, minat dan motivasi belajar siswa.

d. Melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika dan peserta didik kelas VIII

Observasi dan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apakah hambatan dalam proses pembelajaran matematika. Peneliti menemukan masalah dan hambatan yang terjadi yaitu : kurangnya pemahaman konsep siswa, rendahnya minat membaca siswa, aktivitas belajar siswa yang kurang, dan sumber belajar yang kurang menarik bagi siswa.

e. Mereview literatur LKPD

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui format LKPD yang dikembangkan agar sesuai dengan Standar Isi dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2013.

f. Mereview literatur teori pendekatan Metaphorical Thinking

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui tahapan belajar menurut Pendekatan Metaphorical Thinking yang dikembangkan.Karakteristik Pendekatan Metaphorical Thinking didapatkan dengan menganalisis jurnal dan buku referensi yang sesuai.

2. Tahap Prototipe (Prototype)

Setelah dilakukan analisis muka belakang (front end analysis), maka hasilnya digunakan untuk merancang prototipe LKPD berbasis Pendekatan Metaphoical Thinking. Tahap ini meliputi kegiatan: menyusun kerangka LKPD berbasis Pendekatan Metaphoical Thinking yaitu dengan menentukan spesifikasi produk dan format tampilan LKPD, menyusun materi LKPD, dan membuat desain rancangan awal produk.

3. Tahap Penilaian (Assessment)

Setelah prototipe selesai dirancang, dikonsultasikan apakah sudah layak untuk divalidasi atau belum, jika belum maka diperbaiki sampai layak. Berikut uraian masing-masing tahap :

a. Tahap validasi

Menurut Ali Hamzah (2014) Ada empat macam validasi yang digunakan pada LKPD berbasis Pendekatan Metaphoical Thinking:

1) Validitas isi

Validitas isi yaitu apakah LKPD berbasis Pendekatan Metaphoical Thinking yang telah dirancang sesuai dengan silabus matematika untuk kelas VIII SMP semester genap.

2) Validitas kegrafikan

Validitas grafik yaitu berisi : ilustrasi, tata letak dan desain dari LKPD berbasis Pendekatan Metaphoical Thinking yang mampu memberikan daya tarik.

3) Validitas konstruk

Validitas konstruk yaitu kesesuaian komponen-komponen LKPD berbasis Pendekatan Metaphoical Thinking indikator-indikator yang telah ditetapkan.

4) Validitas bahasa

Validitas bahasa yaitu apakah LKPD berbasis Pendekatan Metaphoical Thinking yang dirancang telah sesuai dengan aturan penulisan EYD.

Adapun aspek-aspek yang divalidasi disesuaikan dengan standar penilaian produk oleh BSNP, dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Aspek-Aspek ValidasiLKPDberbasis Pendekatan Metaphoical Thinking

Komponen Indikator Butir penilaian Instrumen Validitas isi

9. Keakuratan

7. Keterlibatan

isi

dan

Sumber : Badan Standar Nasional Pendidikan (2013)

Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan LKPD berbasis Pendekatan Metaphorical Thinking Untuk Kelas VIII Di SMP Negeri 2 Pariangan

Ya

Tidak Analisis muka belakang (front

end analysis) a. Analisis silabus

b. Analisis buku pelajaran c. Observasi dan wawancara

dengan siswa

d. Analisis karakteristik siswa e. Analisis literatur LKPD f. Analisis literatur Pendekatan

Metaphorical Thinking

Hasil studi pendahuluan

 Kurangnya minat membaca siswa

 Tampilan buku pelajaran kurang menarik

 Kurangnya pemahaman matematis siswa

 Merumuskan indikator dari silabus

 Memperoleh sumber LKPD

 Memperoleh sumber

D. Subjek Uji Coba

Uji coba terbatas dilakukan kepada peserta didik kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Pariangan dengan pembelajaran menggunakan Pengembangan LKPD berbasis Pendekatan Metaphorical Thinking

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelititan ini adalah:

1. Lembar Validasi

Lembar validasi digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah dikembangkan valid atau tidak. Lembar validasi yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas:

a. Lembar Validasi LKPD

Lembar validasi LKPD berisi aspek-aspek yang dirumuskan.Kemudian dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan.Skala yang digunakan untuk lembar validasi adalah skala likert deangan 0-4.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Validitas, data yang diperoleh dari instrument validasi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Kemampuan Pemahaman Matematis Peserta Didik di SMP N 2 Pariangan.

Hasil validasi yang terkumpul kemudian ditabulasi.

Tabel 3.2 Kategori Validitas Lembar Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Pendekatan Metaphorical Thinking (Riduan dalam Hidayat & Irawan, 2017: 56)

Interval Kategori

81% - 100% Sangat Valid

61% - 80% Valid

41% - 60% Cukup Valid

21% - 40% Kurang Valid

0% - 20% Tidak Valid

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan sebuah produk berupa LKPD yang mendukung pembelajaran kurikulum 2013 untuk kelas VIII pada materi Statistika.Hasil pengembangan produk ini memberikan alternatif belajar untuk peserta didik agar peserta didik lebih mudah dalam memahami konsep matematika dan menunjang untuk belajar mandiri. Pendeskripsian prototipe produk ini berangkat dari model pengembangan Van Den Aken yang dijabarkan kedalam langkah-langkah berikut:

1. Analisis muka belakang (front end analysis)

Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah dan kebutuhan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Selain itu tahap ini juga bertujuan untuk menetapkan dan mendefenisikan tujuan dan batasan pengembangan produk yang akan dikembangkan nantinya. Tahap analisis muka belakang ini dilakukan melalui 7 langkah berikut :

a. Menganalisis silabus dan standar isi

Langkah awal yang dilakukan adalah analisis terhadap silabus dan standar isi yang bersumber dari guru matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Pariangan dengan tujuan agar peneliti bisa menentukan cakupan dan batasan materi serta indikator pembelajaran.LKPD yang peneliti kembangkan berisikan materi statistika yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik.

Dalam analisis silabuas dan standar isi ada 3 aspek yang peneliti perhatikan yaitu :

1) Analisis kompetensi inti (KI)

Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk menapai standar kompetensi lulusan (SKL) yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik pada setiap tingkatan kelasnya. Ada 4 rumusan kompetensi inti yaitu :

a) Kompetensi inti 1 (KI-1) untuk kompetensi sikap spiritual b) Kompetensi inti 2 (KI-2) untuk kompetensi sikap sosial

a) Kompetensi inti 1 (KI-1) untuk kompetensi sikap spiritual b) Kompetensi inti 2 (KI-2) untuk kompetensi sikap sosial

Pendekatan Metaphorical Thinking - KAJIAN TEORI (2025)
Top Articles
Latest Posts
Recommended Articles
Article information

Author: Jeremiah Abshire

Last Updated:

Views: 6196

Rating: 4.3 / 5 (54 voted)

Reviews: 93% of readers found this page helpful

Author information

Name: Jeremiah Abshire

Birthday: 1993-09-14

Address: Apt. 425 92748 Jannie Centers, Port Nikitaville, VT 82110

Phone: +8096210939894

Job: Lead Healthcare Manager

Hobby: Watching movies, Watching movies, Knapping, LARPing, Coffee roasting, Lacemaking, Gaming

Introduction: My name is Jeremiah Abshire, I am a outstanding, kind, clever, hilarious, curious, hilarious, outstanding person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.